Pages - Menu

Rabu, 30 Januari 2013

Jadilah Karang Di Lautan


Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Ali Imran:139).

Mental yang tahan banting, mental yang sudah teruji, tentu tidak pernah memilih kondisi apapun yang dihadapinya. Susah atau senang, jalan yang berliku, cobaan yang tak kunjung berhenti, musibah yang selalu dihadapi dan banyak lagi persoalan hidup yang silih berganti datang dan pergi.
Memiliki hati dan iman sekuat dan setangguh karang di lautan tentu akan memudahkan anda dalam melawati apapun itu persoalan hidup. Jangankan persoalan kecil, cobaan beratpun anda bisa lewatkan dengan senyuman, bahwa semua adalah rencana Allah.
Masalah tidak akan selesai hanya dengan ditangisi, kita harus kuat dan bertindak mengatasi masalah tersebut. Bukannya diam lemah sambil bersedih hati yang justru akan menambah kecemasan demi kecemasan dalam diri kita. Langkah kita akan gampang, tak jelas arah, dan ujung-ujungnya kita malah tidak akan peduli lagi dengan apa yang akan terjadi, menyerah dan pasrah.
Sungguh malu, saat kita menghadapi kesulitan, kita bersedih dan langsung bersikap lemah. Kita hanya diam, menyerah, dan berbicara mengeluarkan berbagai alasan-alasan mengapa kita menyerah. Kita menyalakan orang lain, lingkungan, atau kondisi di sekitar kita. Alasan-alasan ini hanyalah bukti kelemahan kita, bukti bahwa kita tidak kuat menghadapi berbagai masalah yang muncul.
Padahal Allah SWT melarang kita bersikap lemah dan bersedih. Kita harus tetap tegar sekokoh batu karang di lautan dan tidak bersedih atas segala kesulitan dan beban yang menghimpit. Hapuslah air mata, bangunlah dari tidurmu. Bangkitlah, karena kita sesungguhnya kuat untuk menghadapi berbagai cobaan yang menerpa kita. Bersikap lemah dan larut dalam kesedihan tidak akan memberikan solusi bagi kita. Berharap belas kasihan? Tidak dijamin, malah bisa saja kita malah ditertawakan oleh orang lain. Kesedihan malah akan memadamkan api energi dalam tubuh kita sendiri untuk bertindak dan berkarya. Bukankah diam itu akan membuat masalah berlarut-larut? Jika jawabannya ‘Iya’ maka bangunlah dan bergerak untuk menjadi karang di lautan yang kokoh dan kuat menghadapi berbagai halangan rintangan dan kesulitan dalam hidup ini.

Senin, 28 Januari 2013

Anda Adalah Pencipta Dunia Anda Sendiri


      Apa pun yang terjadi pada Anda, semuanya merupakan ciptaan Anda sendiri. Andalah penguasa di dunia ciptaan Anda itu, dan Anda yang telah membentuknya hingga menjadi seperti sekarang ini. Apa pun yang sudah Anda ciptakan, sadarilah keajaiban dari pencapaian-tak peduli apakah Anda melihat hidup sebagai sesuatu yang baik, buruk, atau di antara keduanya, andalah yang telah membuatnya demikian.
Sebagai contoh, Anda tidak begitu saja merasa “kehilangan rasa percaya diri”, tapi membentuknya melalui cara berpikir, melalui apa yan Anda percayai, lakukan, dan rasakan.
       Bayangkan Anda sedang menggigit sebutir jeruk nipis. Anda mungkin menyadari perubahan pada wajah Anda, bahkan mengeluarkan suara desis, ketika berpikir tentang rasa asam. Apa yang membuat Anda bereaksi pada rasa asam khayali tersebut? Tentu saja bukan jeruk nipis, karena buah itu tidak ada di hadapan Anda. Anda bereaksi seperti itu karena gambaran mental yang Anda ciptakan.
         Bandingkan dengan “kehilangan rasa percaya diri”. Apa yang Anda yakini, pikirkan, rasakan, lakukan, dan bicarakan sehingga Anda merasa kehilangan rasa percaya diri? Gambaran mental (ditolak, gagal), ekspresi wajah (sedih, takut), dan perasaan (gugup, putus asa) seperti apakah yang Anda ciptakan sehingga membuat Anda kehilangan kepercayaan diri?
Lalu gambaran, perasaan, dan suara seperti apa yang dapat diciptakan untuk membuat Anda sangat percaya diri?
Entah anda memiliki kepercayaan diri atau tidak-gambaran mental, suara, dan perasaan yang membuat Anda merasa seperti itu dibikin oleh diri anda sendiri.
Jadi, jika Anda menginginkan perbedaan, anda Pasti bisa mendapatkannya.

Jiwa Muda Semangat Usaha



                     Pagi-pagi kelihatan mereka uda bersimbah peluh. Itu karena mengangkat barang dari gudang ke toko pajangan. Setelah selesai pengeluaran peluh (keringat) pun dilanjutkan dengan melayani pembeli. Belanjaan pembeli dibungkus rapi, dikemas dalam beberapa kardus dan mengantarnya ke pelabuhan.
Umur mereka terpaut dua tahun, lelaki dua beradik. Mereka bekerja pada paman mereka pada sebuah toko yang sangat ramai. Kelewat ramainya, sebuah toko harian itu tidak mampu lagi menampung ratusan items barang. Terpaksa menjadikan toko di sudut lain sebagai gudang (shed).
Keduanya warga tionghoa. Seharusnya mereka dalam umur menikmati sekolah menengah atas. Tapi pilihan mereka atau keluarga tidak demikian. Tapi harus membantu paman dalam berdagang sekaligus dalam mencapai reward harapan berupa gaji dan pengalaman pengelolaan sebuah usaha pedagangan grosir keluarga sejak dini.
Tidak cukup sampai disitu, sorenya barang pasokan dari distributor juga datang. Peluh pun seperti tak mau berhenti membasahi baju dan celana pendeknya. Barang dari pelabuhan itupun mesti diangkut ke gudang. Malamnya mereka tak pernah kelihatan batang hidungnya. Mungkin menikmati waktu malam untuk istirahat.
Inilah jiwa muda yang kompak. Keberhasilan keluarga tidak melenakan mereka untuk sempat manja dan melenakan diri dalam nikmat kesuksesan keluarga. Mala sebaliknya bisa terlecut untuk juga sukses seperti keluarga terdahulu (mesti memikul tidak sekolah.) Bukankah banyak jiwa muda yang mala menghabiskan harta orang tua?, ini patut tidak dicontoh.
Yang jadi pertanyaan. Siapa yang mampu mementorisasi jiwa bermain mereka menjadi pekerja yang ulet dan tanpa kenal lelah. Apakah karena orang tua, famili, ataukah kesadaran dari mereka sendiri.
Ketiga-tiganya benar. Orang tua berperan dalam mengasah dan melecut kesesuaian anaknya dalam menentukan jati diri sang anak, mereka sudah tahu jalan yang mesti ditempuh anaknya. Itu jika orang tua masih punya wibawa, ilmu, dan harta dalam memberi bukti pada anaknya. beginilah seharusnya.
Family juga berperanan ikhlas dalam membantu dan mengangkat keluarga yang lain. Inilah mungkin mega pencapaian cita-cita atau janji mereka terdahulu jika mereka sukses juga bersedia membina dan membantu keluarga yang lain. Karena mereka juga menyadari sukses selama ini pun juga hasil binaan generasi sebelumnya.
Lalu bagaimana kesadaran dari diri sendiri. Siapa gerangan yang membangkitkan atau menanamkan sehingga mereka mau berpeluh-peluh banting tulang sejak dini, melawan keinginan waktu bermain mereka. Mau menyadari bahwa dagang adalah jalan terbaik bagi masa depan mereka. Adakah karena mereka kaum minoritas di negara ini sehingga lecutan keluarga menjadi cepat membawa kesadaran dalam diri mereka?
Baiklah…
Kesadaran alami memang ada yang terbangkit datang dari batin berupa keyakinan ”aku pasti bisa.” Dan iapun menjalaninya dalam bimbingan dan sentuhan dorongan keluarga (family)
Adakah cukup dengan kesadaran dan mengucapkan kata ‘bisa.’ Semudah itukah Jalan untuk sukses.? Ya, bakat dan talenta diri (kata hati) kadang berani mengatakan itu pada diri sesorang (self motivated). Maka tanyalah apa kemauan dan bakat kita, sekarang juga. Dan tanamkan serta jiwai itulah keinginan. Yakinlah suatu saat itu akan datang. Pasti datang, walau tidak persis, tapi bisa saja mendekati. Ini keberuntungan yang telah melekat pada qolbu kedua anak ini.
Selain menilik kata hati (bertanya pada bakat) Nasehat yang mengena bisa saja menyadarkan dan mendewasakan mereka pada posisi yang benar harus dijalani.
Sejenak kita merenung ke hal lain tentang nasehat; Jika pernah sekolah, coba ingat apa saja kata-kata yang baik yang masih mengiang dari guru-guru kita. Kalau rajin membaca, apa kira-kira bacaan yang selalu menempel dan mengiangkan kita harus berbuat demikian. Jika kita suka dan berminat (nasehat diri-sendiri) pada sesuatu jalan/keinginan, apa kira-kira yang sudah ditempuh untuk implementasinya.
Setelah nasehat, berikutnya mari kita renungi berupa penyadaran; Kita sadari bahwa sesuatu kepandaian, skill, dan usaha perdagangan itu perlu dipelajari terlebih dahulu. Konsep jitunya adalah dengan memperbanyak jam terbang dalam bekerja, berlatih, dan kemudian baru mencobanya sendiri (try and trial) sambil terus dalam proses pelatihan diri. Jika masih terjadi kegagalan toh.. masih dalam proses memperbanyak waktu menempuh tujuan.  Sampai ada mentor mengatakan, ”Kita buat gagal itu menyerah pada kita,” hehe.
Memperbanyak jam terbang inilah kita samakan dengan memperdalam ilmu. Ilmu yang akan kita geluti. Semakin beresiko perjalanan dan terjal yang kita lalui semakin besar pula reward kesuksesan yang akan didapatkan.
Lalu timbul pertanyaan setelah kita mengalun nasehat dan terbuai penyadaran diri; Kita bekerja untuk mencari harta (gaji) atau mencari pengalaman (ilmu). Dua-duanya adalah pilihan terbaik tergantung dari sudut mana yang kita sukai. Mau mencari harta, silahkan. Toh.. pengalaman itu akan mengikutinya. Begitu juga mau mengatakan cari pengalaman silakan saja, toh.. uang juga akan mengikutinya. Tidak ada yang sia-sia kalau tubuh dari pagi sudah bergerak dengan tujuan mencari rezeki. Makanya kita disuruh bertebaran di muka bumi dimulai di kala pagi.
Setelah kita kuat dalam nasehat, penyadaran, sekarang mari kita lecut pada pembandingan ketika sudah action. Kita Lihat pendaki gunung. Tentu berbeda reward dan aplaus pendaki gunung tengkuban perahu dengan para pendaki gunung kilimanjaro. Artinya; semakin besar pengorbanan, semakin banyak rintangan, semakin bekerja keras, pantang menyerah tentu kita akan memperoleh hasil yang baik pula.
Maka, jika anda masih muda saat membaca tulisan ini, tiada salahnya bercita-cita dan menanamkan bahwa anda telah mampu berpikir untuk masa depan yang lebih baik tanpa bermanja-manja dari hasil orang tua atau keluarga yang lain. Dan bahwa, menuruti keinginan dari diri sendiri itu akan membentuk kedewasaan diri dalam pengalaman tindak lanjut dalam mengambil keputusan yang terbaik kelak.
Saatnya tiada salah bekerja dengan sesungguhnya bersama usaha keluarga, famili, kenalan, atau usaha siapa saja. Dimulai hari ini dan kedepannya ilmu-ilmu bekerja itu berpindah padamu. Dan ilmu-ilmu itu (pengalaman) makin mendapat puncaknya bila di-update sesuai kondisi kekinian. Seperti mengikuti model pakaian dan aliran musik yang sedang ngetrend.
Lalu bagaimana kisah dua beradik itu? Yang satunya telah berhasil buka usaha perabot yang laris di kota yang sama. Dari sukses usaha perabotnya iapun kini gencar ekspansi usaha pada aneka items peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik. Ia jadi bos disaat usia yang sangat muda, kemudian ia juga nekat berkeluarga di usia dininya. Siapa yang beri modal? Siapa lagi kalau bukan paman yang pernah dibantunya dari pagi berpeluh hingga sore.
Semoga ketekunan dua anak muda ini menjadi renungan buat generasi mudah, sesuai dengan bakat, talenta, dan keinginan masing-masing, tidak mesti persis.
Batam, 08 November 2009 edukasi.compasiana.com

Minggu, 27 Januari 2013

Nikmatnya Berbagi #IspirasiAyat

Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul- Nya) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak. (QS. Al Hadiid:18)
Mencoba hal yang baru barangkali akan menstimulusi gairah kita untuk merenda hari ini lebih menarik. Mari kita mengawali hari ni dengan niat untuk berbagi. Mulailah dengan sesuatu yang kecil yang tidak terlalu berharga di mata anda (dipandang sematasaja). Mulailah dengan uang receh, kempulkan beberapa receh yang mungkin tercecer di sana sini. Hanya untuk satu tujuan “diberikan”.
Apakah anda sedang berada di metro mini, atau semacamnya di angkutan umum milik pemerintah yang panasnya menggelegar J, lalu datang seorang pengamen bernyayi memekakkan telinga anda. Atau, anda sedang berada dalam mobil ber-AC yang sejuk di lampu merah misalnya, lalu sepasang tangan kecil mengetuk kaca mobil anda meminta-minta. Tak peduli bagaimana pendapat anda tentang kemalasan, kemiskinan, kelaparan, dan lain sebagainya. Tak perlu banyak berpikir, segeralah berikan satu dua keping kepada mereka.
Barangkali ada perasaan enggan dan kesal. Tekanlah perasaan itu seiring dengan pemberian anda. Bukankah, tak seorangpun ingin menempati posisi sebagai pengemis?. Ingatlah kalau kali anda hanya sedang berlatih memberi, mengulurkan tangan dengan jumlah yang tiada berarti. Rasakan saja, apakah ada sesuatu yang mengalir dari dalam diri anda melalui telapak tangan anda. Sesuatu itu bernama kasih sayang.
 
Terimakasih anda telah membaca Inspirasi ini.

Untuk Seseorang (Sederhana Itu Cinta Kita)


Sederhana itu cinta kita yang datang kala senja merah merekah namun terpendam kemarau terkubur embun. Kisah itu terhujani titik-titik air memaksa kita bercengkrama dalam waktu yang hanya Tuhan yang tau. Sederhana itu bagaimana akhirnya waktu mengungkap semua tanda kasih yang kau baca dahulu kini menyeruak membuatku sesak. Sederhana itu bagaimana akhirnya kau usap wajahku kala kau ucapkan cinta yang kau rasa di ujung senja. Sederhana itu cinta kita cinta yang disatukan semesta cinta yang ada sebab Tuhan menginginkannya.
Cinta kita biasa dan sangat sederhana, sayang kitapun biasa tapi sangat bersahaja. Rindu kita membuncah, cukuplah saling mendengar suara ‘tuk pengobatnya. rasa resah bergelora, tak usahlah mereka tau, cukup kita saja yang memendamnya.
Mulut kita diam tapi hati saling berbicara. Nafsu kita membara cukuplah mendengar tawanya saja, tak perlu desahan apalagi sentuhan. Cintamu dan cintaku tak seperti punya mereka, saling bergumul, menyatukan tubuh di balik kelambu. Sayangmu dan sayangku tak sama dengan mereka, saling merayu dan bercumbu itulah kita. Bercanda sudah menjadi makanan harian kita, satu prinsip yang takan pernah kulupa “uangmu uangku, uangku uangmu”, ditambah sebuah kata bijak “ada sama dimakan, tidak ada sama ditahan”.
  
Jika kita ‘ingin’ tak perlulah meneguk madu, tebu saja cukup karena sama manisnya, walau nikmatnya beda. Tak perlulah mawar sebagai tanda cinta, bunga sepatu saja cukup, bukankah sama merahnya?

 Cinta kita biasa, apa adanya, sederhana saja.