Pages - Menu

Senin, 28 Januari 2013

Jiwa Muda Semangat Usaha



                     Pagi-pagi kelihatan mereka uda bersimbah peluh. Itu karena mengangkat barang dari gudang ke toko pajangan. Setelah selesai pengeluaran peluh (keringat) pun dilanjutkan dengan melayani pembeli. Belanjaan pembeli dibungkus rapi, dikemas dalam beberapa kardus dan mengantarnya ke pelabuhan.
Umur mereka terpaut dua tahun, lelaki dua beradik. Mereka bekerja pada paman mereka pada sebuah toko yang sangat ramai. Kelewat ramainya, sebuah toko harian itu tidak mampu lagi menampung ratusan items barang. Terpaksa menjadikan toko di sudut lain sebagai gudang (shed).
Keduanya warga tionghoa. Seharusnya mereka dalam umur menikmati sekolah menengah atas. Tapi pilihan mereka atau keluarga tidak demikian. Tapi harus membantu paman dalam berdagang sekaligus dalam mencapai reward harapan berupa gaji dan pengalaman pengelolaan sebuah usaha pedagangan grosir keluarga sejak dini.
Tidak cukup sampai disitu, sorenya barang pasokan dari distributor juga datang. Peluh pun seperti tak mau berhenti membasahi baju dan celana pendeknya. Barang dari pelabuhan itupun mesti diangkut ke gudang. Malamnya mereka tak pernah kelihatan batang hidungnya. Mungkin menikmati waktu malam untuk istirahat.
Inilah jiwa muda yang kompak. Keberhasilan keluarga tidak melenakan mereka untuk sempat manja dan melenakan diri dalam nikmat kesuksesan keluarga. Mala sebaliknya bisa terlecut untuk juga sukses seperti keluarga terdahulu (mesti memikul tidak sekolah.) Bukankah banyak jiwa muda yang mala menghabiskan harta orang tua?, ini patut tidak dicontoh.
Yang jadi pertanyaan. Siapa yang mampu mementorisasi jiwa bermain mereka menjadi pekerja yang ulet dan tanpa kenal lelah. Apakah karena orang tua, famili, ataukah kesadaran dari mereka sendiri.
Ketiga-tiganya benar. Orang tua berperan dalam mengasah dan melecut kesesuaian anaknya dalam menentukan jati diri sang anak, mereka sudah tahu jalan yang mesti ditempuh anaknya. Itu jika orang tua masih punya wibawa, ilmu, dan harta dalam memberi bukti pada anaknya. beginilah seharusnya.
Family juga berperanan ikhlas dalam membantu dan mengangkat keluarga yang lain. Inilah mungkin mega pencapaian cita-cita atau janji mereka terdahulu jika mereka sukses juga bersedia membina dan membantu keluarga yang lain. Karena mereka juga menyadari sukses selama ini pun juga hasil binaan generasi sebelumnya.
Lalu bagaimana kesadaran dari diri sendiri. Siapa gerangan yang membangkitkan atau menanamkan sehingga mereka mau berpeluh-peluh banting tulang sejak dini, melawan keinginan waktu bermain mereka. Mau menyadari bahwa dagang adalah jalan terbaik bagi masa depan mereka. Adakah karena mereka kaum minoritas di negara ini sehingga lecutan keluarga menjadi cepat membawa kesadaran dalam diri mereka?
Baiklah…
Kesadaran alami memang ada yang terbangkit datang dari batin berupa keyakinan ”aku pasti bisa.” Dan iapun menjalaninya dalam bimbingan dan sentuhan dorongan keluarga (family)
Adakah cukup dengan kesadaran dan mengucapkan kata ‘bisa.’ Semudah itukah Jalan untuk sukses.? Ya, bakat dan talenta diri (kata hati) kadang berani mengatakan itu pada diri sesorang (self motivated). Maka tanyalah apa kemauan dan bakat kita, sekarang juga. Dan tanamkan serta jiwai itulah keinginan. Yakinlah suatu saat itu akan datang. Pasti datang, walau tidak persis, tapi bisa saja mendekati. Ini keberuntungan yang telah melekat pada qolbu kedua anak ini.
Selain menilik kata hati (bertanya pada bakat) Nasehat yang mengena bisa saja menyadarkan dan mendewasakan mereka pada posisi yang benar harus dijalani.
Sejenak kita merenung ke hal lain tentang nasehat; Jika pernah sekolah, coba ingat apa saja kata-kata yang baik yang masih mengiang dari guru-guru kita. Kalau rajin membaca, apa kira-kira bacaan yang selalu menempel dan mengiangkan kita harus berbuat demikian. Jika kita suka dan berminat (nasehat diri-sendiri) pada sesuatu jalan/keinginan, apa kira-kira yang sudah ditempuh untuk implementasinya.
Setelah nasehat, berikutnya mari kita renungi berupa penyadaran; Kita sadari bahwa sesuatu kepandaian, skill, dan usaha perdagangan itu perlu dipelajari terlebih dahulu. Konsep jitunya adalah dengan memperbanyak jam terbang dalam bekerja, berlatih, dan kemudian baru mencobanya sendiri (try and trial) sambil terus dalam proses pelatihan diri. Jika masih terjadi kegagalan toh.. masih dalam proses memperbanyak waktu menempuh tujuan.  Sampai ada mentor mengatakan, ”Kita buat gagal itu menyerah pada kita,” hehe.
Memperbanyak jam terbang inilah kita samakan dengan memperdalam ilmu. Ilmu yang akan kita geluti. Semakin beresiko perjalanan dan terjal yang kita lalui semakin besar pula reward kesuksesan yang akan didapatkan.
Lalu timbul pertanyaan setelah kita mengalun nasehat dan terbuai penyadaran diri; Kita bekerja untuk mencari harta (gaji) atau mencari pengalaman (ilmu). Dua-duanya adalah pilihan terbaik tergantung dari sudut mana yang kita sukai. Mau mencari harta, silahkan. Toh.. pengalaman itu akan mengikutinya. Begitu juga mau mengatakan cari pengalaman silakan saja, toh.. uang juga akan mengikutinya. Tidak ada yang sia-sia kalau tubuh dari pagi sudah bergerak dengan tujuan mencari rezeki. Makanya kita disuruh bertebaran di muka bumi dimulai di kala pagi.
Setelah kita kuat dalam nasehat, penyadaran, sekarang mari kita lecut pada pembandingan ketika sudah action. Kita Lihat pendaki gunung. Tentu berbeda reward dan aplaus pendaki gunung tengkuban perahu dengan para pendaki gunung kilimanjaro. Artinya; semakin besar pengorbanan, semakin banyak rintangan, semakin bekerja keras, pantang menyerah tentu kita akan memperoleh hasil yang baik pula.
Maka, jika anda masih muda saat membaca tulisan ini, tiada salahnya bercita-cita dan menanamkan bahwa anda telah mampu berpikir untuk masa depan yang lebih baik tanpa bermanja-manja dari hasil orang tua atau keluarga yang lain. Dan bahwa, menuruti keinginan dari diri sendiri itu akan membentuk kedewasaan diri dalam pengalaman tindak lanjut dalam mengambil keputusan yang terbaik kelak.
Saatnya tiada salah bekerja dengan sesungguhnya bersama usaha keluarga, famili, kenalan, atau usaha siapa saja. Dimulai hari ini dan kedepannya ilmu-ilmu bekerja itu berpindah padamu. Dan ilmu-ilmu itu (pengalaman) makin mendapat puncaknya bila di-update sesuai kondisi kekinian. Seperti mengikuti model pakaian dan aliran musik yang sedang ngetrend.
Lalu bagaimana kisah dua beradik itu? Yang satunya telah berhasil buka usaha perabot yang laris di kota yang sama. Dari sukses usaha perabotnya iapun kini gencar ekspansi usaha pada aneka items peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik. Ia jadi bos disaat usia yang sangat muda, kemudian ia juga nekat berkeluarga di usia dininya. Siapa yang beri modal? Siapa lagi kalau bukan paman yang pernah dibantunya dari pagi berpeluh hingga sore.
Semoga ketekunan dua anak muda ini menjadi renungan buat generasi mudah, sesuai dengan bakat, talenta, dan keinginan masing-masing, tidak mesti persis.
Batam, 08 November 2009 edukasi.compasiana.com