Cinta kita biasa dan sangat
sederhana, sayang kitapun biasa tapi sangat bersahaja. Rindu kita membuncah, cukuplah
saling mendengar suara ‘tuk pengobatnya. rasa resah bergelora, tak usahlah
mereka tau, cukup kita saja yang memendamnya.
Mulut kita diam tapi hati saling
berbicara. Nafsu kita membara cukuplah mendengar tawanya saja, tak perlu
desahan apalagi sentuhan. Cintamu dan cintaku tak seperti punya mereka, saling
bergumul, menyatukan tubuh di balik kelambu. Sayangmu dan sayangku tak sama
dengan mereka, saling merayu dan bercumbu itulah kita. Bercanda sudah menjadi
makanan harian kita, satu prinsip yang takan pernah kulupa “uangmu uangku,
uangku uangmu”, ditambah sebuah kata bijak “ada sama dimakan, tidak ada
sama ditahan”.
Jika kita ‘ingin’ tak perlulah meneguk madu, tebu
saja cukup karena sama manisnya, walau nikmatnya beda. Tak perlulah mawar sebagai
tanda cinta, bunga sepatu saja cukup, bukankah sama merahnya?
Cinta kita biasa, apa adanya, sederhana saja.