Sudah sekian lama saya berfikir
untuk apa sih kita mengumpulkan banyak uang, membanting tulang mencari rupiah,
saling sikut buat mendapatkan jabatan hanya untuk mendapatkan harta yang
melimpah. Sebagian orang mungkin akan menjawab dengan lantangnya untuk kepuasan
batin kita lah, sebagian lagi agar banyak pujian yang menghampiri kita kata
mereka. tapi sumpah saya merasa sangat bingung, jika uang adalah kunci dari
kebahagiaan kenapa banyak orang kaya malah banyak masuk rumah sakit jiwa,
mengapa banyak orang kaya justru merasa terjepit akan hartanya yang membuat
mereka merasa tidak ada waktu untuk berleluasa dengan keluarga menghabiskan
hari libur dengan anak dan istri, terbelit otaknya memikirkan kemana dan
bagaimana menjalankan hartanya. Jika ketenaran adalah sumber kebahagiaan kenapa
banyak artis dunia yang malah membunuh dirinya sendiri. Kalo kita hanya
mengharapkan kesenangan bukankah kita bisa mendapatkannya dengan menjadikan
hati kita terus berada dalam kesederhanaan, mensugestikannya dengan penuh
konsentrasi bahwa kita selalu bahagia. Dan saya pernah membaca sebuah tulisan “untuk
indah tak harus mewah”.
Saya pernah melihat seorang
keluarga yang sederhana dan soleh. Seorang kakek tua sedang membonceng istrinya
menaiki sepeda ontel di kawasan alun-alun selatan, Yogyakarta. tak ada sedikitpun
raut kesedihan diwajah mereka yang ada hanya sebuah kebahagiaan yang tersirat
dalam senyuman yang menawan. hati saya terdiam meliahat mereka. Saya ikuti
mereka sampai rumah mereka, eh ternyata rumah yang mereka tinggali hanyalah
sebuah rumah yang menurut saya sangatlah sederhana, jauh dari kata mewah. Saya masih
merasa heran kalau kekayaanlah yang disebut-sebut sebagai kunci kebahagiaan
kenapa mereka bisa tersenyum lebar ditengah himpitan ekonomi yang makin hari
makin menjerit.
Ternyata penilaian saya tentang
kebahagiaan itu salah, kunci dari kebahagiaan itu adalah dengan senantiasa
bersyukur dikeadaan apapaun yang kita lalui. Sekali lagi syukurlah kunci dari
kebahagian itu. Hal ini membuatlah yang membuat saya sadar betapapun kerasnya
hari-hari yang telah saya jalani akan selalu terdapat salju yang menyejukkan.
Kuncinya asal kita mau mensugestikan diri kita bahwa kita sedang menggenggam
dinginnya butiran salju dihari yang panas. Setidaknya dengan syukur kita akan
selalu lebih dari orang lain.
Nantikan kisah selanjutnya di sematasaja.blogspot.com