Pages - Menu

Minggu, 27 Januari 2013

Untuk Bahagia Tak Seharusnya Mewah

Sudah sekian lama saya berfikir untuk apa sih kita mengumpulkan banyak uang, membanting tulang mencari rupiah, saling sikut buat mendapatkan jabatan hanya untuk mendapatkan harta yang melimpah. Sebagian orang mungkin akan menjawab dengan lantangnya untuk kepuasan batin kita lah, sebagian lagi agar banyak pujian yang menghampiri kita kata mereka. tapi sumpah saya merasa sangat bingung, jika uang adalah kunci dari kebahagiaan kenapa banyak orang kaya malah banyak masuk rumah sakit jiwa, mengapa banyak orang kaya justru merasa terjepit akan hartanya yang membuat mereka merasa tidak ada waktu untuk berleluasa dengan keluarga menghabiskan hari libur dengan anak dan istri, terbelit otaknya memikirkan kemana dan bagaimana menjalankan hartanya. Jika ketenaran adalah sumber kebahagiaan kenapa banyak artis dunia yang malah membunuh dirinya sendiri. Kalo kita hanya mengharapkan kesenangan bukankah kita bisa mendapatkannya dengan menjadikan hati kita terus berada dalam kesederhanaan, mensugestikannya dengan penuh konsentrasi bahwa kita selalu bahagia. Dan saya pernah membaca sebuah tulisan “untuk indah tak harus mewah”.

Saya pernah melihat seorang keluarga yang sederhana dan soleh. Seorang kakek tua sedang membonceng istrinya menaiki sepeda ontel di kawasan alun-alun selatan, Yogyakarta. tak ada sedikitpun raut kesedihan diwajah mereka yang ada hanya sebuah kebahagiaan yang tersirat dalam senyuman yang menawan. hati saya terdiam meliahat mereka. Saya ikuti mereka sampai rumah mereka, eh ternyata rumah yang mereka tinggali hanyalah sebuah rumah yang menurut saya sangatlah sederhana, jauh dari kata mewah. Saya masih merasa heran kalau kekayaanlah yang disebut-sebut sebagai kunci kebahagiaan kenapa mereka bisa tersenyum lebar ditengah himpitan ekonomi yang makin hari makin menjerit.
           
Ternyata penilaian saya tentang kebahagiaan itu salah, kunci dari kebahagiaan itu adalah dengan senantiasa bersyukur dikeadaan apapaun yang kita lalui. Sekali lagi syukurlah kunci dari kebahagian itu. Hal ini membuatlah yang membuat saya sadar betapapun kerasnya hari-hari yang telah saya jalani akan selalu terdapat salju yang menyejukkan. Kuncinya asal kita mau mensugestikan diri kita bahwa kita sedang menggenggam dinginnya butiran salju dihari yang panas. Setidaknya dengan syukur kita akan selalu lebih dari orang lain.

Nantikan kisah selanjutnya di sematasaja.blogspot.com